Insodenia News

Saturday, October 21, 2006

JEJAK TANAH

bayangbayang senja
yang menyusup disela hijau pohon perdu
lalu pecah pada batu.
kau masih duduk disitu
ketika bulan dicumbu pelangi

sekejap matamu berani
menantang pada langit tinggi
persilangan apakah yang sedang terjadi
toh, pada hati kau tak lagi membenci.
meski disana masih tinggal duri.

dimatamu membayang warna pelangi
lalu siluet sungai mati
dongeng bulan purba
tentang sebuah batu yang pecah dan mengalir
membuncah merah darah
pada jejak tanah

bulan hitam..
ketika tak sempat menari
dimana kau sembunyikan senja?

Aug. 2006

Labels: ,

SEBELUM REDA

 mari dik,
kuajarkan kau mengaji
tentang segala yang hakiki lagi pasti.
masih hujan sahaja malam
tak perlu kitapun memburu waktu
biarlah mereka sangsi pada tunggu
'pun pagi masih jauh 'tuk dituju.
kau dengar, suara genting masih gaduh
lekaskanlah dirimu berbasuh
agar kita tak sebentar-sebentar mengeluh.
akupun orangnya tak selalu bisa cermat
mengerjakan segala dengan khidmat
yang pasti disini bisa jadi lain cerita nanti
kaupun terimalah dengan hati
karna cinta kita,
masih goyah pada gundah
mari dik,
segera selesaikan kita punya kerja
sebelum hujan berhenti pula.


Labels:

PERCAKAPAN HUTAN

 "apa yang kau tahu tentang pengharapan?" bertanya seekor Serigala kepada Gagak.
"pengharapan; adalah rindu anak bangau kepada awan.
saat meringkuk lemah dalam buaian jerami kusam." jawab Gagak.
"apa yang kau tahu tentang kesepian?" tanya Serigala lagi.
"kesepian; adalah malam-malam tanpa bayangan, yang tersimpan rapi diliang-liang.
disitulah ular-ular mendekam." jawab Gagak.
"apa yang kau tahu tentang benci?" tanya Serigala seraya beringsut perlahan.
"benci; adalah ketika rindumu tak tersampaikan, lalu duri. selamanya duri."
"itulah perisai bagi si landak agar cintanya tetap tinggal didalam hati." jawab Gagak.
lalu bersimpuh tenang merapikan sayapnya.
"apa yang kau tahu tentang kerinduan?" tanya Serigala, dengan muka yang bersemu.
"ia adalah kata yang tak terucapkan, hanya ada untuk dilupakan. sejenak... hanya sejenak."
"hingga semua yang hidup diam tak beranjak, dan apa yang sama sekali aku tak tahu, ketika waktu membeku, selamanya beku." jawab Gagak tersedu.
"dan apa yang kau tahu tentang hidup dan mati?" tanya Serigala dengan nafas memburu.
"ia adalah bertanya, membaca, memahami dan mencari jawaban tentang segala misteri. itulah hidup."
"sedang untuk mati, aku sendiri tak tahu. ketika waktuku tlah membeku, maka tak ada lagi yang perlu kupahami."
"lalu, jelaskan padaku tentang diantara hidup dan mati!" desak Serigala.
"marilah kita membicarakan tentang kepasrahan.
yaitu ketika aku terjebak diantara gigi-gigimu yang kuat mencengkeram. bagi kita itulah saat-saat antara hidup dan mati."
"meskipun aku berteriak dan meronta, tak ada yang istimewa, kita mesti menjalankan peran kita. sebagai mangsa atau pemangsa."
jawab Gagak dengan tenang.

Labels:

Friday, October 20, 2006

RAGU

pecahkan aku...
dengan bulir salju yang mengering
pada lenting semampai disemu angin berkabut
ketika pagi membeku

patahkan aku...
pada getas ranting bambu yang silir melambai
disiang kering musim kemarau

campakkan aku...
tanpa resah
disetiap kelokan waktu
ketika kita berhenti pada ragu.

Labels:

DITEPI NISAN BATU

inilah masa datang telah pasti
meski hidup tak pernah sedikit juapun
mengingat waktu yang tiba nanti
ketika raga tersungkur, bersimpuh pada bumi
apakah lagi sekarang yang hendak dipertentangkan?
makin jauh lalu waktu, makin tua badan menjadi
tak ada lagi masa buat menunggu, segalanya terlepas sekejap
disetiap akhir percakapan, terlintas kenangan
kepada masa suka-duka, yang saling bersua bahgia
setelah segalanya, jiwa pergi dalam sendiri
tanpa mimpi.

Labels:

PEREMPUAN DANAU

keras wajahmu masih membayang
pada redup cahaya yang disusupkan awan
membentuk siluet panorama
yang ditumbuhi bukit-bukit hitam dengan pinus yang meranggas
pada matamu, kau perdengarkan sebuah lagu
tentang dusta.
lalu bibirmu mengeja sebuah pertanda
segala suatu akan binasa.
"lihatlah, luksa!" kau berteriak
"dikepalaku berkecambah benihbenih murka,
ketika aku tak sanggup lagi menanggung semua.
pada getir... semoga kutemukan jawabannya:.
lalu kau berlari ketepi danau
pada dingin kakimu berkecipak
dengan tangan yang bergetar, kau kecap sunyi senyap
tubuhmu basah, seiring mata resah yang tak lagi bergairah
hanya tinggal bisu-beku... ketika berserah pada waktu.

Labels:

RITUAL JANJI

selayak senja yang masih sendu
setiap perasaan yang tinggal adalah sangsi
tentang gejolak suram situasi.
pada perang, kau menelingsup tenang
mencari sela diantara detak waktu... untuk mendesah
tak ada lagi eja yang sempat singgah
hanya resah masih rebah.. pada waktu.
menunggu dosa yang menggenggam erat janji
tentang mati.
lestari...
tak hendak aku menghakimi
pada apa yang kita yakini nanti
tapi semesta kita, hanya tinggal dalam kata
'pun sirna seiring mata belajar berdusta
lalu batas apa yang kau pancang
ditanah berundak berwarna terang?
jika bukan bimbang yang tak lagi bersayap
luruh pada tanah.
disini, aku mengecup rindu
pada beku, dibibir batu.

Labels:

DIGALANGAN KAPAL

pada sepi, aku kembali
meski tak hendak mencari, kepada siapa yang menanti
pada sepi, aku kembali
setidaknya buat hari ini, meski sendiri
banyak yang pergi, setidaknya bukan aku punya belahan hati
pada sepi, aku kembali
bukan 'tuk mencari, atau menangisi yang pergi
kembaliku, karna aku punya janji
aku pasti kembali... pada sepi
meski sendiri.

Labels: