Insodenia News

Friday, September 15, 2006

Metamorphosis

By. Franz Kafka
Penerjemah : Harew Widhi
I

Suatu pagi, ketika Gregor Samsa terbangun dari mimpi-mimpi buruknya, ia menemukan dirinya telah berubah ditempat tidur menjadi seekor kutu yang mengerikan. Ia berbaring diatas cangkangnya, dan jika ia sedikit mengangkat kepalanya ia bisa melihat perutnya yang berwarna coklat, dengan kubah berbentuk ramping dan dipisahkan oleh lengkungan menjadi bagian-bagian yang kaku.

"Apa yang terjadi padaku?" pikirnya. Ini bukan mimpi. Kamarnya, adalah kamar yang layak untuk manusia meski sedikit agak kecil, dihuni dengan nyaman yang diantaranya hidup empat keluarga. Koleksi contoh-contoh bahan tekstil berserakan diatas meja -Samsa adalah seorang salesman perjalanan- dan disekitarnya tergantung gambar yang diambil dari potongan-potongan majalah lengkap dengan bingkainya. Gambar itu memperlihatkan seorang gadis dengan posisi duduk lurus mengenakan topi bulu yang sangat serasi, lengan yang terangkat menggunakan sarung tangan bulu yang berat yang menutupi seluruh lengan bagian bawahnya melambai kearah orang yang melihatnya.

Gregor kemudian berpaling keluar jendela pada cuaca yang tak bersahabat. Cucuran air hujan bisa terdengar menghantam jendela, yang membuat ia merasa sangat sedih. "bagaimana jika aku tidur sedikit lebih lama dan melupakan segala omong kosong ini", pikirnya, tapi hal itu pulalah yang tak bisa ia lakukan karena ia terbiasa tidur dengan posisi yang ia sukai, dan dalam situasi ini ia tak bisa melakukannya. Betapapun keras usahanya, ia selalu kembali pada posisinya yang semula. Ia harus mencoba ratusan kali, lalu menutup matanya sehingga ia tidak harus menyaksikan kaki-kaki yang menggelepar, dan hanya akan berhenti ketika ia mulai merasa lemas, sungguh penderitaan yang menjemukan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Oh, Tuhan", pikirnya, "karir berat seperti apakah yang telah aku pilih! Berkelana siang dan malam. Melakukan pekerjaan seperti ini membutuhkan banyak usaha dibanding menjalankan bisnis rumahan, dan diatas semua itu ada kutukan dalam melakukan perjalanan, khawatir dengan sambungan kereta api, makanan buruk dan tidak biasa, berhubungan dengan orang yang berbeda sepanjang waktu sehingga kau tak pernah bisa mengenali seseorang atau menjadi teman dari mereka.

Ini semua seperti berada dineraka!" ia merasakan sedikit gatal diatas perutnya; perlahan ia mengangkat dirinya dengan tumpuan punggung keujung tempat tidur sehingga ia bisa mengangkat kepalanya lebih baik lagi; lalu mencari darimana asal gatal tersebut, dan ia melihat perutnya ditutupi oleh bintik-bintik putih yang sangat banyak dan ia tidak tahu terbuat dari apa; dan ketika ia berusaha merasakan gatal dengan salah satu dari kaki-kakinya ia segera menariknya kembali dengan cepat karena begitu ia menyentuh perutnya ia langsung dikuasai perasaan ngeri dan jijik.

Ia kembali pada posisinya yang semula. "Selalu bangun lebih awal sepanjang waktu", pikirnya, "itu membuatmu bodoh. Kamu harus mendapatkan tidur yang cukup. Salesman perjalanan yang lain hidup dengan mewah. Suatu contoh, disaat aku kembali kepenginapan untuk mengkopi kontrak, mereka selalu masih duduk menikmati sarapan pagi. Aku juga pernah mencoba hal itu pada bosku; seketika itu juga aku langsung ditendang ditempat. Tapi siapa tahu, mungkin itu akan menjadi hal paling berharga untukku. Jika bukan karena orang tua yang harus kupikirkan, aku pasti sudah memberikan maklumatku sedari dulu, aku pasti sudah mendatangi bosku dan menyampaikan padanya apa yang ada dalam pikiranku, mengatakan apa yang aku mau, biar dia tahu bagaimana perasaanku. Dia akan terhenyak dimeja kerjanya! Dan itu sedikit agak lucu ketika kau duduk dimeja kerjamu, berbicara pada bawahanmu, terutama jika kau harus mencondongkan tubuhmu karena bos mengalami kesulitan pendengaran. Well, masih ada sedikit harapan; aku masih mendapatkan uang untuk melunasi hutang orang tuaku padanya -kira-kira sekitar lima tahun lagi kupikir- itulah tepatnya yang akan kulakukan. Itu jika aku melakukan perubahan besar. Pertama dari segala pemikiran, aku harus segara bangun, keretaku berangkat pukul lima."

Labels: