Insodenia News

Sunday, October 01, 2006

BERMALAM DISTASION

 sepi.,.. adalah hati yang dikutuk
jang bernjanji sepandjang malam,
dicafe-cafe, dikedai minum dan lokalisasi.
sepi mendjadi kutu... reinkarnasi hari kemarin
bertahkta dikursi bambu, dikasur-kasur dan kepala manusia.
sepi mendjadi mulia... radja hari ini
diselokan, liang tikus dan tumpukan sampah.
sepi mendjadi keramat...
dipohon rindang, hutan-hutan dan pemakaman.
sepi menghilang... sesaat.
dipasar-pasar, dipesta dan kerumunan.
sepi semakin tinggi, ada sajap dipundaknja.
menjentuh awan bulan dan matahari.
sepi datang lagi... masih sendu.
dimuseum, perpustakaan dan buku-buku sedjarah.
lalu dilupakan...sedjenak.
dalam tidur, dalam mimpi dan bersama mati.
sepi mendjadi teman, dalam sendiri.
sepi mendjadi musuh...
para tjopet, tukang beca' dan PSK.


Labels:

DALAM CAHAYA LILIN

untuk kesekian kali,
kita masih tertawa mengusung suasana
hingga tersedak didada
dan mati muda.

kita suka laut, karena ia biru
senyata tidak.
kita suka langit, karena ia biru
senyata hitam..
belaka kelam.

dalam gelap, aku mengeja terbata
dalam gelap, udara menyesak dirongga dada
dalam gelap, lukaku semakin menganga
dalam gelap, aku dibunuh buta.

nov.'04.

Labels:

PERCAKAPAN SENJA

 kukecup bibirmu, pada sebuah koin logam satu sen
ketika diam disekitar kita semakin menebal.
waktu itu masih senja musim semi yang bercampur dengan lampu taman kota
sementara disekujur tubuhmu, kau ukir jejak-jejak purba yang tak lagi sempat kueja.
"aku ingin menjadi!" teriakmu pada matahari.
bukan lagi perempuan luka, yang mengeja pemangsa dari sudut matanya.
juga bukan perempuan lupa, yang menghapal setiap bait sebagai do'a.
kau bilang sajakku terlalu perih untuk dijadikan pengingat dalam lupa.

tentang gunung-gunung yang melarikan awan dipundaknya,
atau rusa betina yang mengendus bahaya.
kau tak lagi takut mengeja suasana
dan ketika manusia terlelap pada gelap.
kesadaranmu menjadi raja.

kukecup bibirmu, pada cahaya yang berpendar dimatamu.
karna disana masih tertinggal bias jejak masa lalu
tentang lelaki yang menaklukkanmu-mencongkel matamu-hingga air dimatamu mengering.
waktu itu masih senja musim semi yang bercampur debu taman kota.
pada gugur debu yang mengendap, kau berucap.
"apa yang kita tahu tentang derita?, jika waktuku adalah debu,
hidupku debu, masa laluku debu yang membeku. bahkan airmataku debu..."
"aku ingin menjadi..." lirihmu memelas pada waktu.

Labels:

PERJAMUAN ANGSA

perjamuan angsa dibulan kedua
bersama luka para pengembara
"untuk kita yang congkak!" teriak mereka, seraya mendongak.
diatas, dilangit-langit ada kerlip cahaya
dari kupu-kupu yang menari
lalu samar disela pelangi
entah hilang entah mati

dari sebuah meja persegi lima
"untuk kita yang congkak!" teriak mereka.
bersulang pada dunia, lalu terlelap dengan bangga.
secangkir cuka yang tak lagi tertenggak, masih disana
bercerita tentang perjalanan
tentang gunung-gunung, sungai-sungai
dan lembah yang dihuni bidadari yang bersenandung
dengan angsa putih disela lagunya
berputar diatas meja perjamuan
lalu terbang kepada awan.

"untuk kita yang congkak!"
teriak mereka menghujat neraka.

Labels: